Sunday, October 18, 2009

Bakmi Tuyul Gumanthong

Di kota Chen Tung, di satu jalan yang dekat sebuah sungai besar, ada 5 restoran yang menjual bakmi daging sapi.
Diantara 5 restoran tersebut, ada satu restoran yang sangat laris, dikunjungi sangat banyak pelanggan yang bahkan
bersedia meng antri. Antrian para pelanggan sampai membentuk sebuah barisan dari satu ujung jalan hingga ujung
jalan lainnya. Sedangkan ke 4 restoran lainnya jarang dikunjungi tamu, paling paling dua atau tiga orang saja.
Sungguh fenomena yang aneh.
Komentar para pelanggan tentang satu restoran yang ramai itu mencakup:“ Resep nya sangat bagus."
"Kwalitas nya unggul. Harga nya pantas." Sebenarnya ke 5 restoran memasang harga yang sama.
"Rebusan daging sapi nya sangat enak. Khusus olahan nya. "Tidak sama tetap tidak sama." "Pakai resep rahasia."
Saya pribadi datang untuk melihat sendiri betapa panjang antrian nya. Kapan pun sama saja. Orang orang berbaris
dengan tenang, tidak sudi pergi ke empat restoran yang lain. Apa boleh buat. Saya sendiri menyerah.
Tujuan saya makan bakmi disana adalah untuk menganalisa hongshui, untuk menyelidiki mengapa hanya satu restoran
yang laris sedangkan restoran lainnya sepi. Saat mengantri, saya mendengar dialog bisik bisik para pelanggan:
"Kau datang lagi." "Hmm. Saya bahkan setiap hari datang kesini. Kenapa kau juga datang?"
. Makanan di restoran ini lebih sedap dari pada di ke 4 restoran lainnya."
"Membuka satu restoran yang ramai begini, keuntungan nya tak habis diraup."
"Dari kesuksesan satu restoran kecil ini saja, bos nya bisa membangun sebuah bisnis properti."
"Wah. Benarkah?" Bola mata orang itu hampir copot.
"Tentu saja benar."
Antrian perlahan lahan bergerak. Tidak ada orang yang merasa kesal karena meng antri terlalu lama.
Semua menunggu dengan sabar. Setelah antrian saya mendekati restoran, saya mulai memperhatikan
"seluk beluk hongshui" restoran itu, namun tidak menemukan sesuatu yang Istimewa.
Ruangan di dalam restoran tidak luas. Ada sekitar 9 meja persegi empat dan 2 meja bundar. Meja persegi empat
bisa ditempati 2 orang. Meja bundar bisa ditempati sekitar 5 stau 6 orang. Sernua kursi kecil yang berbentuk bundar
terpakai semuanya. Situasi terlihat ramai. Kuah daging sapi terlihat masih panas. Orang orang sedang makan dengan
asyiknya.
Di dalam restoran, ada 4 pekerja. 2 orang bertugas mengantar bakmi. Salah satu nya sepertinya idiot, terlihat dari wajah
dan cara nya berjalan. Orang kedua bertugas Mencatat pesanan. Sebenarnya sangat mudah mencatat pesanan karena
menu hanya terbagi menjadi porsi besar, porsi sedang, dan porsi kecil. Orang ketiga berdiri di meja kasir untuk
menerima uang. Semuanya ada 4 orang pekerja. Tidak ada petugas yang menyambut para tamu yang tiba giliran nya
masuk. Pokoknya begitu melihat ada kursi kosong, silahkan langsung duduk. Pekerja restoran akan merapihkan
mangkok dan sumpit bekas, me lap meja, menerima pesanan, menghidangkan bakmi, selesai. Kalau sda 5 orang
yang mau duduk dalam satu meja, pekerja restoran akan meminta tamu yang datang sendirian untuk pindah tempat
duduk. Tidak ada pertengkaran karena persoalan tempat duduk. Di dalam dapur, hitam dan gelap, tidak terlihat bagian
dalam.
Saya melihat di atas meja kasir ada sebuah altar dewa. Disitu terlihat sebuah hiolo. Di belakang hiolo diletakkan
sebongkah batu. Di atas batu dituliskan kata kata yang tidak terlihat jelas oleh saya. Di kiri dan kanan nya diletakkan
barang perhiasan dari ukiran kayu. Altar ini terlihat biasa-biasa saja, sama sekali tidak aneh.
Restoran itu memiliki 3 pintu, satu pintu besar tempat keluar masuknya para tamu, satu pintu tembus ke ruang dapur,
satu pintu lagi adalah toilet.
Hidangan bakmi yang saya pesan sudah datang. Yang saya pesan adalah porsi kecil. Saya makan bakmi nya dan
minum kuah nya, ingin meng analisa apakah sebab musabab laris nya usaha ini karena kelezatan makanan nya.
Saya meneliti aroma daging sapi, tingkat kelezatan kuah, dan kwalitas bahan bakmi nya.
Meski memang lumayan lezatnya, saya beranggapan kwalitas nya tidak jauh berbeda dengan tingkat kelezatan bakmi
di dua restoran lainnya yang pernah saya tes. Dalam hati saya berkata, "Laris sekedar reputasi."
Selesai makan, saya berjalan keluar dari pintu restoran, masih tidak mengerti alasan larisnya restoran ini.
Tiba tiba punggung saya terdorong sebentar. Begitu saya menolehkan kepala, saya terperanjat.
Restoran mie sudah lenyap. Yang terlihat adalah sebuah taman kecil yang sangat sejuk. Juga, ada sebuah kolam kecil.
Di tepi kolam, ada willow yang ber untai, beberapa tanaman bunga. Di atas tanaman bunga,
ada kupu kupu yang sedang terbang menari.
Di kolam kecil, ada sebatang cemara besar. Disitu, tergantung sebuah ayunan. Banyak anak kecil sedang
bermain ayunan, berayun kesana kemari. Saya merasa tempat ini benar benar bagus. Saya membalikkan badan,
masuk ke dalam alam itu. "Siapa kau?" Seorang anak kecil yang paling senior bertanya. .
"Saya baru mau tanya siapa kau?" Saya balik bertanya. "Saya tidak akan memberitahu mu."
Anak kecil itu punya kewaspadaan, sembarang menjawab. "Kau, tuyul kecil, menjawab,
juga tidak apa-apa. Saya sudah tahu bahwa kalian pasti ada hubungan nya dengan restoran mie itu.
Kalian lah yang membuat usaha di restoran ini menjadi sangat laris.
Kalian lah yang telah menarik semua pengunjung. Ayo, betul tidak?"
Kata kata saya mengejutkan mereka semua. Mereka membisu, saling menatap. Akhirnya yang paling senior bertanya,
"Apakah salah berbuat seperti itu?" Ini saya belum bisa menjawab nya. "Tetapi ini tidak alamiah." Akhirnya saya jawab.
"Restoran ini adalah restoran mie papa saya. Saya harus bantu siapa kalau bukan membantu nya?" "Pantas saja."
Tuyul yang paling senior itu bertanya lagi kepada saya, "Siapa kau? Bagaimana bisa masuk ke dalam taman kami?"
"Saya adalah Lu Sheng Yen." "Oh! Kau adalah Lu Sheng Yen, Dewa Agung. Ternyata kau adalah Dewa Agung.
Kami tidak tahu bahwa Dewa Agung akan datang kesini. Mohon ampun atas ketidaktahuan kami. Dari dulu kami sudah mendengar nama besar Dewa Agung, tahu bahwa kau bisa berkelana ke clunia roh, bahwa kau memahami
Dharma mulia dan telah mencapai tingkat tertinggi. Dewa Agung bersikap welas asih dimana saja.
Semoga anda tidak merusak kebajikan yang kami sedang lakukan." Tuyul itu pintar sekali bicara.
"Kau hanya membantu usaha ayahmu. Ini tidak apa apa. Tapi, kalian tidak boleh mengganggu dan mencelakakan
warga disini." "Tentu saja, tentu saja." Tuyul tuyul lainnya berkata, "Kami tidak begitu kok." Saya bertanya,
"Bagaimana kalian bisa berkumpul bersama?" Si tuyul senior memberitahu saya: la bernama Shen Fu,
meninggal dunia pada usia 12 tahun karena sakit. Selama beberapa lama, arwah nya gentayangan dan terlantar.
la sendiri tidak mengerti apa sebabnya.
Kemudian di rumahnya sendiri, ia menemukan barang permainan yang dulu dibeli ayahnya. Ada sebuah mangkok kecil,
diisi dengan air, diatasnya ada tanaman bunga kecil, ada pohon kecil, ada sebuah batu gunung buatan.
Shen Fu menempel di batu gunung tersebut. Lalu, Shen Fu masuk ke dalam mimpi ibu nya dan berkata, "Arwah saya
tidak punya tempat tinggal sehingga menempel di batu gunung. Bila saya dipelihara, menerima sedikit asap dupa,
maka usaha restoran mie bisa membaik." Bangun dari mimpi, ibu Shen Fu menceritakan mimpi nya kepada suami nya.
Papa Shen Fu adalah orang yang sama sekali tidak percaya kebenaran mimpi, "Apa apaan. Mengambil mangkok kecil, memasukkan mainan ke dalam nya, memasang dupa. Pepatah mengatakan bahwa mimpi muncul hanya karena hati
merindukan. Omong kosong seperti ini tidak usah dipercaya."
Menyadari ia belum berhasil, Shen Fu jadi resah dan masuk lagi ke dalam mimpi ibu nya, "Usaha besok 808."
Setelah bangun tidur, si ibu menceritakan lagi mimpi nya kepada suami nya. Papa Shen Fu belum perduli.
Ketika hampir tutup restoran, ia menghitung uang permasukan hari itu dan mendapatkan jumlahnya sekitar separuh dari
808. Dalam hati, papa Shen Fu berpikir, "Tuh kan omong kosong dalam mimpi itu tidak tepat. Memasang mangkok kecil
dan batu gunung, arwah berlindung di batu gunung, semuanya hanya omong kosong belaka." Pintu restoran sudah
ditutup separuh.
Tak disangka, masuk segerombol pelajar yang bertanya apakah restoran nya masih berjualan atau tidak.
Papa Shen Fu menjawab, "Masih jual." Kuali dipanaskan lagi. Mie dimasak lagi. Daging sapi dari semula memang sudah
matang. Satu gerombol demi satu gerombol pelajar berdatangan. Ternyata pelajar pelajar ini adalah pelajar yang pergi
berwisata dengan menumpang bis pariwisata. Karena hari sudah mulai malam, sernua pelajar itu sepakat bahwa setelah
makan mie barulah pulang. Papa Shen Fu menghitung lagi hasil pemasukan hari itu. Ternyata benar benar 808.
la menjadi tertegun. Setelah beberapa hari, Shen Fu masuk lagi ke dalam mimpi, meramalkan terjadinya sesuatu hal.
Ternyata memang terjadi sesuai petunjuk Shen Fu.
Sutra Budha berkata bahwa arwah punya lima jenis kemampuan gaib.
Ternyata tidak salah. Sekarang ayah ibu Shen Fu sudah percaya seluruhnya. Mereka memasang mangkok kecil dan
batu gunung sesuai petunjuk Shen Fu. Diatas batu, hanya dituliskan satu kata yaitu "Roh". Dupa dipasang pada pagi
dan malam hari. Mengenai arwah tuyul tuyul lainnya, mereka diajak berkumpul oleh Shen Fu. Ini adalah sebab utama
mengapa restoran mie yang dibuka ayah Shen Fu sangat laris dan ber reputasi nyaring. Saya menghela nafas dan
berkata, "Bahwa kau membalas budi pada orang tua mu, saya tidak bias berkomentar apa apa. Namun,
berkumpulnya para roh janin (tuyul) disini akan lambat laun membuat hawa negatif (yin) menyelimuti tempat ini.
Bila kelak timbul akibatnya, bukankah bisa menimbulkan dendam?" "Dewa Agung. Selamatkanlah jiwa kami semua."
"Apakah kau mau reinkarnasi?" tanya saya. "Mau." "Menurut perhitungan saya, ayahmu masih mempunyai berkah
selama 3 tahun. Kalian bantu dia selama 3 tahun lagi. Kau boleh masuk ke dalam mimpi orang tua mu, memberi petunjuk
kepada mereka supaya meletakkan mangkok kecil dan batu gunung di loteng paling atas dari restoran mie ini sehingga
menerima saripati dari matahari dan rembulan, mengambil hawa roh dari langit dan bumi. Setelah pas 3 tahun, otomatis
akan kembali ke asal, lalu bisa reinkarnasi lagi di dunia manusia." Shen Fu menjawab, "Kami semua dingin dan kotor.
Mana sanggup menerima saripati dari matahari dan rembulan?"
"Berdasarkan titah Hu dari saya, maka akan bisa." Saya menggambar titah Hu di atas tubuh mereka.
Mereka sangat gembira. Titah Hu ini bukan Hu biasa. Saya menggarnbar dengan menggunakan jari,
menggerakkan prana secara terkonsentrasi. Mereka berlutut mengantar kepergian saya.
Saya membalikkan badan, pergi dengan langkah besar. Hari itu, bila ada orang yang bertemu dengan saya di jalan,
pasti melihat saya seorang diri sedang berdiri di jalan raya, bicara sendiri, sesekali menggerakkan tangan dan kaki.
Orang lain pasti akan mengatakan, "Orang ini sakit jiwa." Saya menulis sebuah sajak untuk mengenang kejadian ini:
Kaisar Langit melahirkan saya di dunia fana. Dengan semu melewati semi dan gugur penderitaan di dunia. Bagaimana
tahu kadang kadang masuk yin dan yang. Memberi bimbingan berdasarkan jodoh bukanlah hal biasa.
Sekitar 3 tahun kemudian, saya kebetulan berjalan melewati restoran mie itu lagi. Saya masuk ke dalam,
memesan satu mangkok mie daging sapi. Terlihat usaha restoran ini tidak selaris dulu lagi. Di depan pintu, sudah tidak
ada orang yang antri berbaris. Yang menjual mie tinggal ayah dan ibu Shen Fu, sudah tidak ada pelayan lagi.
Ibu Shen Fu menghidangkan semangkok mie kepada saya, namun ia tersanclung lantai yang tidak rata sehingga mie
tertumpah di lantai. Ayah Shen Fu mengeluh, "Sial. Mie bisa tumpah." Mendengar omelan si suarni, ibu Shen Fu balas mengomel, "Kau yang tidak berguna, malah mengorneli saya. " Ayah Shen Fu berkata, "Bukan saya yang tidak berguna.
Mangkok kecil dan batu gunung itu yang ticlak berguna. Shen Fu yang tidak berguna."
Mendengar suami istri itu bertengkar, saya berkata, "Harga sernangkok mie kecil tak berarti. Janganlah bertengkar
karena persoalan kecil ini. Putra kalian telah membantu rejeki kalian selama bertahun tahun. Kalian harus benar benar menghargai nya. Sekarang ia telah beristirahat. Hidup ini adakala nya mujur, adakalanya tidak. Hidup manusia dikuasai
takdir. Ada saatnya bunga mekar. Tidak mungkin orang senantiasa mujur." Mendengar ucapan saya, ayah Shen Fu
tertegun, "Siapa anda?" "Lu Sheng Yen." Ibu Shen Fu terperanjat, "Lu Sheng Yen. Nama ini sangat saya kenali.
Shen Fu berulang kali berpesan bahwa kami harus belajar Dharma Budha dari mu, bahwa kau adalah Dewa Agung sejati." Saya tertawa, "Saya bukan Dewa Agung. Saya adalah Vajra Master."
Saya berbincang bincang tentang ilmu Budha dengan suami istri tersebut. Mereka sangat tertarik, lalu berguru kepada
saya. Di kemudian hari saya makan mie disitu, tidak perlu membayar lagi. Ha..ha..ha!

Hati2 beberapa dari ini bentuk penipuan di Internet