Sunday, April 25, 2010

mantra jatukham

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa (3x)
Jatukhamma Ramma devam Bhodisattam
Mahagunam mahidikam aham
Pujjemi Sidhi Labho Nirantharam
Pengucapannya :
Namo Tasse Bhagawato Arahato Samma Sambuddhasse (3x)
Jatukhamma Ramma dewam Bhodisattam
Mahagunam mahidikam aham
Pujjemi Sidhi Labho Nirantharam
Itu yang saya pernah pelajari dulu dari Para Bhante yang pernah newbie temui, yang pernah mempelajari agama budha, saya rasa pasti tahu
"v" => biasanya di ucapkan sebagai "w"
"a" => adakalanya di ucapkan sebagai "e"

Kalo baca paritta:
m (ada titiknya di atas dan biasanya di akhir kata) dibaca ng, contoh: Araham -> Arahang
v dibaca w, contoh: Vihara -> Wihara
n terus diatanya ada "~" alias cacing dibaca ny, contoh: Pann(~)a - Pannya
Kalo a dibaca sebagai e itu biasanya dari aliran Buddhayana yang banyak berkembang didaerah Sumatera bagian Selatan. Kalo Theravada biasanya tetap dibaca a. Tetapi ini gak masalah kok, cuma enak2an di kuping aja.
Jadi kalo parittanya dibaca:

Jatukhang Ramathep
Namo Tassa Bhagawato Arahatto Samma Sambuddhassa (3x)
Jatukhamma Ramma dewang Bhodisattang
Mahagunang mahidikang ahang
Pujjemi Sidhi Labho Nirantharang

Mbacanya boleh pake alunan atau kosongan alias tabrak terus.
Kalo mau lebih bener:
"e" dibaca lebih panjang
"o" dibaca lebih panjang
kalo ada 2 konsonan bertemu di penggalan suku kata dibaca lebih panjang juga.

Contoh:
Namo-Tas-sabhagawato-arahat-to-sam-masambud-dhas-sa
Tapi kalo itu terlalu ribet gak usah diikuti gakpapa kok.
Buat yang biasa ke Vihara Theravada di buku Paritta Suci bagian depan2 ada tata cara pembacaan paritta yang baik dan benar.
Tapi kembali ke tujuan pembacaan paritta sih, masalah baik dan benar itu cuma nilai tambah.

Oya, tiap negara pembacaan parittanya juga beda2. Gw pernah dengar Pembacaan Paritta di Myanmar yang hampir mirip dengan saudara kita yang Muslim kalau lagi Sholat. Kalau Srilanka malah lambat banget kayak orang nyanyi seriosa.

Hati2 beberapa dari ini bentuk penipuan di Internet

0 comments: