Friday, April 16, 2010

MY EXPERIENCES IN DHAMMA PRACTICE By Phra Rajsuddhinanamongkol

Hari ini saya bercerita tentang cerita hidup saya dan pengalaman yg berhubungan dengannya didalam dhamma sesuai permintaan pengundang saya.
Nama lahir saya adalah Jaran, Nama keluarga saya Janyaraks. Saya adalah murid seumur hidup, saya telah mencari pengetahuan baik di dunia dan spritual. Saya belajar di primary dan secondary school dan masuk ke akademi kepolisian, tetapi saya tidak akan pernah terpikir akan dibaptis sebagai Bhante karena saya bukanlah orang yang religious dari kecil.
Sebagai tambahan dari diatas, saya belajar mekanik dengan ajahn Luen Pongsobhon dan belajar musik dengan Luang Pradit Pairoh, dan saya merupakan teman dari almahurm Dr Utit Nagasavat. Saya telah tinggal di Wat, tetapi bukan karena percaya. Saya tinggal karena untuk belajar, saya menggunakannya sebagai rumah kedua saya. Akhirnya saya sampai bangkok. Secara alami saya tidak terinspirasi oleh bhante, saya emosian dan keras kepala. Saya tidak suka berlutut atau memberi hormat kepada Bhante, saya hanya melakukan karena keharusan dalam hidup di monasteries / wat.
Sesuai berjalannya waktu, saya menyelesaikan pelajaran oral, tetapi saya belajar apapun tentang Dhamma. Saya hampir berumur 20 thn, and ayah dan ibu saya ingin saya di baptis sebagai Bhante secara agama buddhist. Kapapun mereka membincangkan tentang subject ini, saya akan mengelengkan kepala, saya sama sekali tidak tertarik dibaptis sebagai Bhante. Tetapi saya harus menyetui karena orang tua saya percaya bahwa semua anak lelaki harus di baptis sebagai Bhante untuk paling tidak satu waktu tertentu sesuai dengan tradisi Thai. Orang tua saya cinta anakanya seperti matanya sendiri. Kedua mata itu, setiap orang mempunyai dan setiap orang menyadari betapa berharganya.
Memikirkan masalah ini secara hati2, saya menyadari bahwa saya jika saya menolak di baptis sebagai pendeta buddhist, saya akan menjadi anak yang tidak tahu berterima kasih, sehingga saya setuju untuk dibaptis. Saya tidak menjadi pemula awalnya, tapi langsung menjadi bhante langsung pada umur 20 tahun. Saya berniat menjadi bhante hanya untuk 3 bulan dan 10 hari, atau 4 bulan, 120 hari paling banyak. Setelah itu, saya akan lepas jubah dan kembali ke kehidupan orang biasa untuk melanjutkan pelajaran saya atau bekerja.
Setelah memantapkan pemikiran tersebut, saya dibaptis di Wat Promburi, Amphur Promburi, Singburi Provinse. Rumah saya ada di perbatasan Lopburi dan Sinburi. Alasan saya di baptis di Wat Promburi karena keluara / orang tua saya telah pindah ke pasar Pak Bang agar jauh dari maling dan bandit di kampung saya. Sesuai dengan niat dari ayah dan ibu saya, saya ikut tinggal dengan mereka di pasar, dimana mereka melakukan bisnis jual beli. Tetapi saya tidak pernah membantu orang tua saya dalam usaha mereka karena sejak diusia muda saya berniat untuk belajar. Seiring dengan waktu saya telah menyelesaikan pelajaran yang saya inginkan diusia 20 tahun. Saya tidak mendapat gelar, tapi saya telah menyelesaikan pelajaran mekanik dan juga musik.
Singkat cerita, saya di baptis sebagai bhante pada tahun 1948, ada telah menjadi Bhante sekarang untuk 34, 35 tahun. Pada Rain retreat saya ingat semua pelajaran dan berniat melepas jubah sebagai Bhante pada akhir musim hujan. Saya telah menyiapkan segala sesuatunya untuk lepas jubah pada hari itu.
Tetapi sesuatu yang tidak umum terjadi. Suara aneh timbul di telinga saya dan saya menjadi sangat ngantuk. Suara tersebut sangat jelas: "kamu telah dibaptis dan itu sangat baik. Tidak masalah apakah kamu akan lepas juba, tetapi kamu belum mengeri Namo". Kamu seharusnya mengingat namo dulu dan kemudian lepas jubah".
Saya berpikir tentant itu: "Eh? Namotassa, saya telah mengingat. Bhagavato ... Saya bisa membacakan semuanya semenjak masih kanak2, saya telah mempelajari juga disekolah." Tetapi tetap saya tidak dapat mengatakan dengan pasti apakah itu "namo".
Suara menajubkan tersebut muncul lagi: "kamu belum mendapatkan/mengerti "namo", dan kamu sekarang mau lepas jubah. Sungguh memalukan!". Saya dipenuhi dengan kegelisahan dan tidak pastian. Darimana suara tersebut datang? Dibanding semua diatas tersebut, saya sangat ngantuk. Suara tersebut terdengar lagi: "Pasti, kamu dapat lepas jubah, itu tidak ada apa2. Lepas juba itu gampang dilakukan, apa yang sukar tentang itu?. Tetapi biarkan saya bertanya kepada kamu, apakah kamu telah mendapatkan Buddhaguna, Dhammaguna, Sanghaguna?".
Saya marah, "Apa suara gila ini, dari mana datangnya? Saya telah mendapatkan Buddhaguna, saya lancar membacakan 'itipi so". Tetapi mungkin tidak lancar dalam hatiku?". Ini mungkin apa yang suara tersebut katakan kepadaku. Pada saat itu, saya mendapatkan perasaan sangat tidak nyaman. Terpikir akan kata2 orang tua, "Jika pikiran kamu dalam keadaaan tidak baik, jangan lepas jubah. Jika kamu lakukan, kamu akan menjadi seperti orang yang 1/2 disana", kamu tidak akan bisa sukses dalam segala yang kamu lakukan. Kamu akan menjadi gila". Itu apa yang meraka katakan. Jadi saya menunda rencana lepas jubah dari 11 bln menjadi 12 bulan, saya telah menyiapkan segalanya. Saya tidak pernah berniat untuk membujang seumur hidup saya. Saya membayangkan dengan pasti, saya pasti akan lepas jubah, karena telah ada pekeerjaan menunggu saya, saya akan bergabung dengan pekerjaan pelayanan masyarakat. Banyak yang bisa saya lakukan karena saya berpendidikan, apa yang harus saya khawatirkan?. Itu yg saya pikirkan. Saya mengingat kata2 Sunthorn Phu, "Dengan pengetahuan kamu bisa berdiri diatas kaki sendiri, kamu tidak perlu bergantung kepada yang lain." Saya telah tahu menghafalkan kata2 ini semenjak kecil:
"Apa yang membuat saya bebas, saya akan senang melakukannya
Walaupun saya akan kehilangan kehormatan dan pengaruh,
mereka hanya meningalkan saya, mereka tidak tinggal,
tetapi pengetahuan tetap dengan saya hingga nafas terakhir."
Sampai pada tahap ini saya mau memberikan nasehat: Jika kamu mempunyai anak laki dan perempuan, siapa yang harus diberikan perhatian lebih banyak?. Kamu harus memberikan lebih banyak perhatian terhadap anak perempuan dibandingkan anak laki kamu. Kamu harus mengajari dia, membuat dia ahli, karena jika anak perempuan kamu tidak ahli dalam mengurus rumah, suami dia akan marah besar. Saya telah melihat itu sebelumnya: pada jam 4 atau 5 dipagi hari, suaminya membuatnya terbang ke beranda. Dia tidak mempunyai kesadaran sama sekali. Karena itu mengapa saya mengatakan untuk melatih anak perempuan kamu ahli dalam pekerjaan rumah ... Kamu tidak pernah memukul anak perempuan kamu, tetapi jika kamu melihat dia di pukul didepan mata kamu, tidak kah kamu akan marah besar? Bahkan jika kamu tidak marah besar, tapi secara pasti kamu tidak akan senang dengan menantu kamu (menantu lelaki).
Pada saat itu saya berpikir dalam diri sendiri, "Eh? saya belum mendapatkan / mengerti namo ... apakah itu benar. Sebelumnya, saya menolak mengakui itu, karena seperti suami yang beragumentasi dengan istrinya: dia tidak akan pernah mengalah. Tidak akan ada kelenturan, submission. Dulu saya adalah orang yang keras kepala. Ketika beragumentasi dengan yang lebih tua, tidak ada lagu namo didalam hati. Saya menyadari kemudian, "oh, waktu di baptis saya mendengar lagu namo, bukan?".
Kemudian saya menterjemahkan "lagu namo" kedalam kata2 sederhana yang anak kecil bisa mengerti dan mengingatnya:
"rendah hati, patuh, gentle speech, gentle body, gentle hands, hormat dan berterima kasih, menjaga hukum dan disiplin, memberi perhatian kepada pelajaran, ini akan membawa kamu jauh dari penderitaan menuju ke external happiness. Ini adalah principle yang sangat baik.
Jadi itulah namo? Saya telah begitu tidak perdulu untuk waktu yang lama. Ini adalah lagu namo. Saya baru menyadari beberapa tahun terakhir, sebelumnya, saya tidak akan membiarkan orang lain melihat ke mata saya. Jika ada yang berani melihat, saya akan menonjok mukannya. Itulah bagaimana keras nya saya, saya tidak mempunyai namo.

Hati2 beberapa dari ini bentuk penipuan di Internet

0 comments: